Mobil Hibrida v Listrik : Opsi Masa Depannya untuk Indonesia
HIBRIDA v listrik menjadi tren moda elektrifikasi yang terus mengalami penguatan di Indonesia. Serapan unitnya terus tumbuh positif. Menjadi indikasi perkembangan positif masa transisi moda konvensional BBM menuju 100% elektrifikasi. Menciptakan lingkungan lebih baik. Menekan emisi karbon dan pemanasan global. Mobil elektrifikasi tetap menjadi masa depan dengan hybrid sebagai katalis transisi. Kedua unit tersebut dijamin semakin efisien jika risikonya diproteksi insureka!. Adapun produk asuransi mobil yang bisa diterapkannya adalah:
1. Polis Comprehensive Premium.
2 . Polis Comprehensive Basic.
3. Polis Total Loss Only (TLO).
Elektrifikasi menjadi ekosistem transportasi baru yang terus berkembang di tanah air, terlepas dari status perbedaan mobil listrik dan hybrid. Menjadi moda masa depan yang terus digenjot pertumbuhannya oleh pemerintah. Hal ini seiring dengan pembangunan infrastrukturnya, terutama penambahan jumlah masif Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum (SPKLU) pada berbagai wilayah di Indonesia. SPKLU menjadi infrastruktur vital terkait dengan pengisian ulang daya listrik sebagai energi utama electric vehicle (EV) murni.
Unit elektrifikasi baik varian mobil hybrid atau listrik terus mendapatkan respon positif pasar nusantara. Mengacu informasi Gaikindo, pertumbuhan daya serap unit elektrifikasi terkoreksi positif sepanjang Semester I/2024 atau periode Januari-Juni 2024. EV mengalami kenaikan daya serap Wholesales hingga 104,13% dengan komparasi periode sama tahun sebelumnya. Angka riilnya mencapai 11.940 unit. Sebab, semester I/2023 angka penjualan EV berada pada level 5.849 Unit. Peta pertumbuhan unitnya adalah:
- Tahun 2023 Memiliki Serapan EV 17.051 Unit.
- Tahun 2022 Memiliki Serapan EV 10.327 Unit.
- Tahun 2021 Memiliki Serapan EV 687 Unit.
- Tahun 2020 Memiliki Serapan EV 125 Unit.
Berbanding lurus dengan EV, angka serapan Wholesales untuk mobil hybrid juga mengalami kenaikkan hingga 43,1% dari rentang waktu sama tahun sebelumnya. Jumlah riil mobil hybrid yang terserap adalah 24.775 Unit. Menguatkan komparasi mobil hybrid vs listrik di Indonesia semakin menarik karena angka tersebut mengisi ceruk pangsa pasar lokal hingga 6%. Slot tersebut pun menegaskan status dominan mobil hybrid yang mengisi slot pasar elektrifikasi di Indonesia saat ini. Gambaran populasi unit hybrid per tahunnya versi Wholesales adalah:
- Tahun 2023 Memiliki Serapan Unit Hybrid 54.179 Unit.
- Tahun 2022 Memiliki Serapan Unit Hybrid 10.344 Unit.
- Tahun 2021 Memiliki Serapan Unit Hybrid 2.472 Unit.
- Tahun 2020 Memiliki Serapan Unit Hybrid 1.191 Unit.
Membukukan serapan positif mobil listrik dan hybrid, angka dominan pun ditunjukkan oleh beberapa brand. Untuk unit EV, kategori ini didominasi brand asal China seperti, Wuling, BYD, Aion, hingga Chery. Ada juga slot merek asal Korea Selatan seperti, Hyundai dan Kia. Namun, kategori bisnis mobil hybrid tetap didominasi brand-brand asal Jepang. Komposisinya ada Toyota, Honda, Suzuki, dan Nissan. Adapun brand China memiliki angka serapan jauh di bawah mereka.
Terlepas dari hegemoni perbedaan mobil listrik dan hybrid tersebut, rapor penjualan unit secara keseluruhan justru berbanding terbalik. Angka serapannya turun 19,4%. Jumlah serapan mobil secara keseluruhan sepanjang Semester I/2024 hanya berjumlah 506.427 Unit saja. Terlepas dari statusnya sebagai unit elektrifikasi atau konvensional BBM, untuk status brand terlaris sepanjang Semester I/2024 menurut serapan Wholesales dan Retail Sales diisi oleh:
A. Daya Serap Unit Menurut Wholesales.
- Brand Toyota dengan Angka Serapan 129.802 Unit.
- Brand Daihatsu dengan Angka Serapan 85.434 Unit.
- Brand Honda dengan Angka Serapan 47.589 Unit.
- Brand Mitsubishi Motors dengan Angka Serapan 36.560 Unit.
- Brand Suzuki dengan Angka Serapan 33.133 Unit.
- Brand Isuzu dengan Angka Serapan 14.033 Unit.
- Brand Mitsubishi Fuso dengan Angka Serapan 13.223 Unit.
- Brand Hyundai dengan Angka Serapan 12.044 Unit.
- Brand Hino dengan Angka Serapan 9.735 Unit.
- Brand Wuling dengan Angka Serapan 8.518 Unit.
B. Daya Serap Unit Menurut Retail Sales.
- Brand Toyota dengan Angka Penjualan 140.608 Unit.
- Brand Daihatsu dengan Angka Penjualan 89.378 Unit.
- Brand Honda dengan Angka Penjualan 51.681 Unit.
- Brand Mitsubishi Motors dengan Angka Penjualan 37.109 Unit.
- Brand Suzuki dengan Angka Penjualan 34.944 Unit.
- Brand Isuzu dengan Angka Penjualan 13.945 Unit.
- Brand Mitsubishi Fuso dengan Angka Penjualan 13.032 Unit.
- Brand Hyundai dengan Angka Penjualan 12.636 Unit.
- Brand Wuling dengan Angka Penjualan 11.150 Unit.
- Brand Hino dengan Angka Penjualan 9.887 Unit.
Apa itu Mobil Hybrid?
Hybrid saat ini memang menjadi fenomena, terlepas komparasi hibrida v listrik. Mobil tersebut mengisi ceruk industri yang mulai bergeser dari unit konvensional BBM menuju 100% elektrifikasi. Adapun mobil hybrid merupakan unit mengandalkan 2 sumber energi sekaligus. Energinya berasal dari pembakaran mesin konvensional BBM dan listrik. Listrik mobil ini tersimpan dalam baterai yang menggerakan motor listrik. Kombinasi implementasi 2 sumber energi tersebut diklaim mampu memberikan efisiensi pembiayaan signifikan.
Mengandalkan 2 sumber aliran energi, mobil hibrid masih memiliki emisi karbon meski persentasenya lebih kecil dari unit konvensional BBM terlepas status komparasi mobil listrik dan hybrid. Dengan keunggulan support mesin konvensional BBM, mobil ini masih bisa efektif dipacu dalam speed tinggi secara konstan. Sebab, kecepatan membutuhkan suplai energi lebih besar. Lebih lanjut, mobil hybrid yang ditawarkan saat ini tersedia dalam 3 varian teknologi seperti:
1. Varian Teknologi Full Hybrid.
Full Hybrid sangat bergantung pada kinerja mesin konvensional BBM. Menguatkan komparasi mobil hybrid vs listrik di Indonesia, posisi motor listrik hanya sebagai penopang dan digunakan pada momentum tertentu saja sebagai energi tambahan. Motor listrik akan aktif saat mobil melaju dalam kecepatan rendah. Efektif diterapkan pada kondisi jalanan macet sehingga sangat efisien konsumsi BBM. Adapun dalam speed jelajah, kedua sistem ini akan bekerja bersama menggerakan roda. Saat terjadi pengereman, motor listrik akan menghasilkan daya listrik yang disimpan dalam baterai.
2. Varian Teknologi Mild Hybrid.
Teknologi Mild Hybrid sudah menyertakan baterai tambahan sebagai sumber energi, tapi dalam kapasitas rendah. Sistem ini meringankan kinerja mesin pada awal angkatan. Lalu, teknologi ini tidak menggunakan motor listrik terpisah. Hanya memanfaatkan variabel starter generator dalam bentuk starter motor dan alternator. Kedua komponen tersebut terhubung langsung dengan mesin utama sehingga jadi salah satu pembeda utama mobil hybrid atau listrik. Statusnya meringankan kinerja mesin konvensional saat mobil berakselerasi dari status statis.
3. Varian Teknologi Plug In Hybrid.
Teknologi Plug in Hybrid memiliki prinsip kinerja identik dengan Full Hybrid. Sistem ini hanya ditopang oleh baterai dengan kapasitas lebih besar. Artinya, daya jelajah pergerakan unitnya lebih panjang. Semakin menarik, pelanggan juga bisa melakukan pengisian ulang daya listrik baik di SPKLU hingga rumah. Kapasitas baterai lebih besar pun membuat beban kinerja mesin konvensional berkurang signifikan. Konsumsi BBM semakin hemat dan pembiayaan regulernya sangat efisien.
Apa itu Mobil Listrik?
Menawarkan efisiensi tinggi hingga sangat ramah terhadap faktor lingkungan, EV menjadi moda masa depan sesungguhnya di Indonesia. Terlepas dari perbedaan mobil listrik dan hybrid tersebut, mobil ini memiliki tingkat emisi karbon hingga 0%. Aspek efisiensi pembiayaan energinya bahkan lebih hemat hingga 80%. Untuk gambaran level efisiensi EV dengan komparasi unit konvensional BBM adalah:
- Mobil listrik membutuhkan pembiayaan Rp1.700 sampai Rp1.800 per 1,3 kWh. Artinya, perjalanan dari Jakarta menuju Bali hanya membutuhkan pembiayaan energi sekitar Rp200 Ribu.
- Mobil konvensional membutuhkan pembiayaan per liter BBM sekitar Rp10 Ribu hingga Rp17 Ribu. Artinya, perjalanan dari Jakarta menuju Bali membutuhkan suplai anggaran sekitar Rp1,2 Juta.
Memiliki efisiensi super signifikan, mobil listrik atau EV sangat mengandalkan kemampuan baterai 100%. di luar komparasi hibrida v listrik, statusnya baterainya bisa diisi ulang secara eksternal hingga mandiri dengan mengandalkan sistem pengereman regeneratif. Familiar disebut sebagai Battery Electric Vehicle (BEV), unit ini digerakkan oleh motor listrik yang mendapatkan suplai energi dari baterai. Saat ini perkembangan baterai mobil sudah berkembang pesat. Semakin aman dan daya jelajahnya semakin panjang.
Menjadi energi utama, baterai EV memiliki life time 10-15 tahun atau 200 Ribu Km. Di luar komparasi mobil hybrid vs listrik di Indonesia, slot pengisian ulangnya bisa dilakukan hingga 1.000 kali. Jika melewati jumlah tersebut, biasanya kemampuan baterai akan berkurang hingga 40%. Saat ini baterai EV memiliki harga sekitar 60% dari label unitnya dan berada pada rentang Rp189 Juta hingga Rp829 Juta. Lalu, ada beberapa jenis baterai EV yang digunakan saat ini dengan karakter terbaiknya masing-masing. Adapun jenisnya terdiri dari:
- Baterai Lithium-ion (Li-ion).
- Baterai Nickel-Metal Hydride (NiMH).
- Baterai Lead Acid.
- Baterai Baterai Solid-State.
- Baterai Nickel-Cadmium.
- Baterai Ultracapacitor.
- Baterai Ternary Lithium-ion (NMC).
Kelebihan dan Kekurangan Mobil Listrik dan Hybrid
Di luar koneksi unit konvensional BBM, mobil listrik dan hybrid sejatinya masih satu keluarga elektrifikasi. Hybrid menjadi moda elektrifikasi tidak full 100%. Adapun gambaran kategori secara umum mobil listrik terdiri dari Hybrid Electric Vehicle (HEV), Plug-in Hybrid Electric Vehicle (PHEV), Fuel Cell Electric Vehicle (FCEV), hingga Battery Electric Vehicle (BEV). Disederhananya menjadi HEV dan BEV, kedua kategori mobil ini juga memiliki aspek plus dan minornya seperti:
A. Profil Umum Kategori Battery Electric Vehicle (BEV).
- BEV menawarkan berbagai value psoitif, yaitu ramah lingkungan, torsinya instan, lalu kabinnya lebih senyap dan minim suara. Mobil ini juga bebas kebijakan ganjil genap (wilayah Jakarta), pajaknya lebih murah, dan perawatannya lebih sederhana (minim pembiayaan).
- BEV tetap memiliki kekurangan seperti, harga unitnya masih di atas rata-rata generasi konvensional BBM dan pembiayaan tinggi untuk baterai. Terlepas dari status mobil hybrid atau listrik, tempat pengisian ulang baterainya relatif sedikit dengan durasi waktu charging lama.
B. Profil Umum Kategori Hybrid Electric Vehicle (HEV).
- HEV memiliki beberapa keunggulan seperti, efisien dalam konsumsi BBM, rendah emisi gas buang karbon, hingga memiliki getaran hingga suara mesin rendah. Mobil ini memiliki peningkatan akselerasi dan kecepatan, lalu transmisinya mengandalkan CVT.
- HEV juga memiliki beberapa aspek minor seperti, memiliki harga pembelian unitnya yang lebih tinggi. Mobil ini memiliki sistem kelistrikan dengan potensi pembiayaan tinggi hingga sistemnya lebih rumit.
Perbedaan Mobil Listrik dan Hybrid
Meski sama-sama masuk sebagai kategori EV, namun unit hibrida v listrik memiliki beberapa spesifikasi pembeda. Adapun beberapa aspek pembeda tersebut bisa diperhatikan sebagai berikut:
1. Aspek Sumber Tenaga dan Charging.
Terlepas dari implementasi teknologi sistem pengereman regeneratif, akses sumber listrik eksternal sangat dibutuhkan oleh BEV. Sebab, BEV sebenuhnya menyimpan energinya dalams ebuah baterai listrik. Saat berkendara, pelanggan wajib mengetahui sebaran titik SPKLU di sepanjang jalan. Melanjutkan hegemoni mobil hybrid vs listrik di Indonesia, unit HEV tidak bergantung pada fasilitas stasiun pengisian ulang daya listrik. Isi ulang energinya bisa dilakukan di Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) yang banyak tersedia hingga pelosok negeri.
2. Aspek Kinerja Penggeraknya.
Pergerakan BEV sangat bergantung dengan motor listrik yang mendapatkan asupan energi listrik dari baterai. Idealnya posisi baterai harus selalu terisi atau tidak kosong. Lalu, HEV memiliki sistem kerja yang beragam menurut implementasi teknologi. BEV bisa mengubah energi kinetik dengan sumber mesin konvensional BBM menjadi listrik. Bisa juga mengoptimalkan 2 sumber energi sekaligus setelah mobil mencapai kecepatan tertentu.
3. Aspek Keunggulan yang Ditawarkannya.
Untuk keunggulan komparasi mobil hybrid atau listrik, unit BEV terkenal lebih ramah lingkungan dengan emisi karbon 0%. Postur pembiayaan yang dimilikinya lebih efisien menurut aspek suplai energi eksternal dan perawatannya. Adapun HEV memiliki jarak tempuh lebih panjang dengan kombinasi energi mesin konvensional BBM dan baterai listrik. Proses pengisian ulang sumber energi cukup dilakukan pada SPBU dengan sebaran jauh lebih merata.
Infrastruktur SPKLU dan SPBU
Ketersediaan infrastruktur memadai tentunya dibutuhkan dalam pengembangan moda transportasi, terlepas status mobil listrik dan hybrid. Pelanggan tentu membutuhkan kemudahan akses pengisian ulang sumber energi tersebut, terutama saat melakukan perjalanan jauh. Untuk mendukung pertumbuhan ekosistem BEV, pemerintah sudah menyiapkan sedikitnya 1.582 Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum (SPKLU) hingga Semester I/2024.
Stasiun tersebut tersebar pada 1.131 lokasi pada berbagai area di tanah air. Terlepas dari status perbedaan mobil listrik dan hybrid, lokasinya terdapat juga di rest area jalan tol. Pengembangan jumlah 1.582 tersebut mengalami pertumbuhan 157% dari periode sama tahun sebelumnya. SPKLU dengan spot jalan tol sudah menyedot konsumsi listrik hingga 2.438,8 MWh. Angka tersebut pun mengalami pertumbuhan signifikan 229%. Optimalnya pemanfaatan akses SPKLU tidak lepas dari keunggulannya, yaitu:
- Mengurangi pengeluaran pembiayaan secara optimal.
- Membantu menaikkan grade posisi keamanan energi nasional.
- Merangsang inovasi beserta aspek bisnisnya.
- Memastikan perjalanan pelanggan nyaman dengan ketersediaan akses suplai energi cukup.
Lalu terlepas dari status mobil hybrid vs listrik di Indonesia, bagaimana dengan infrastruktur Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU)? Pemerintah saat ini sudah menyediakan sedikitnya 7.400 SPBU. Sebarannya merata di berbagai daerah hingga pelosok negeri. Dari SPBU inilah pelanggan bisa mendapatkan pasokan ulang BBM. Meski demikian, harga BBM cukup berfluktuatif. Adapun gambaran harga BBM per 1 Oktober 2024 dengan sampel beberapa wilayah di Indonesia adalah:
- Harga BBM di Wilayah Jakarta: Pertalite Rp10.000/Liter, Pertamax Rp12.100/Liter, Pertamax Turbo Rp13.250/Liter, Dexlite Rp12.700/Liter, Pertamina Dex Rp13.150/Liter, Pertamax Green Rp12.700/Liter.
- Harga BBM di Wilayah Sumatera Utara: Pertalite Rp10.000/Liter, Pertamax Rp12,400/Liter, Pertamax Turbo Rp13.550/Liter, Dexlite Rp13.000/Liter, Pertamina Dex Rp13.450/Liter.
- Harga BBM di Wilayah Kalimantan Selatan: Pertalite Rp10.000/Liter, Pertamax Rp12.650/Liter, Pertamax Turbo Rp13.850/Liter, Dexlite Rp13.250/Liter, Pertamina Dex Rp13.750/Liter.
- Harga BBM di Wilayah Bali: Pertalite Rp10.000/Liter, Pertamax Rp12.100/Liter, Pertamax Turbo Rp13.250/Liter, Pertamax Green-95 Rp12.700/Liter, Dexlite Rp12.700/Liter, Pertamina Dex Rp13.150/Liter.
- Harga BBM di Wilayah Nusa Tenggara Barat: Pertalite Rp10.000/Liter, Pertamax Rp12.100/Liter, Pertamax Turbo Rp13.250/Liter, Pertamax Green-95 Rp12.700/Liter, Dexlite Rp12.700/Liter, Pertamina Dex Rp13.150/Liter.
- Harga BBM di Wilayah Sulawesi Selatan: Pertalite Rp10.000/Liter, Pertamax Rp12.400/Liter, Pertamax Turbo Rp13.550/Liter, Dexlite Rp13.000/Liter, Pertamina Dex Rp13.450/Liter.
- Harga BBM di Wilayah Papua: Pertalite Rp10.000/Liter, Pertamax Rp12.400/Liter, Pertamax Turbo Rp13.000/Liter, Dexlite Rp13.450/Liter.
Insentif dan Kebijakan Pemerintah
Untuk mendorong percepatan populasi unit elektrifikasi baik mobil hybrid atau listrik, pemerintah pun mengobral berbagai insentif. Akselerasi Kendaraan Listrik Berbasis Baterai (KLBB) diberikan berbagai fasilitas menarik. Jumlahnya minimal ada 9 jenis insentif yang berlaku pada 2024, seperti:
1. Fasilitas Berupa Tax Holiday.
Kelonggaran Tax Holiday diberikan dalam bentuk pengurangan PPh Badan 100% dalam 5-20 tahun menurut angka investasi. ADa juga pengurangan PPh Badan 50% untuk 2 tahun menurut durasi berakhirnya pemanfaatan Tax Holiday.
2. Fasilitas Berupa Mini Tax Holiday.
Fasilitas tax bagi mobil listrik dan hybrid ini diberikan pada perusahaan dengan nilai investasi Rp100 Miliar s.d Rp500 Miliar. Kelonggaran tersebut diwujudkan dalam bentuk pengurangan PPh Badan 50% selama 5 tahun. Ada juga pengurangan PPh Badan 25% selama 2 tahun menurut akhir durasi Tax Holiday.
3. Fasilitas Berupa Insentif RnD dan Vokasi.
RnD atau Riset dan Pengembangan memberikan pengurangan penghasilan bruto 300%. Lalu, fasilitas untuk Vokasi diwujudkan dalam pengurangan penghasilan bruto hingga 200%.
4. Fasilitas Berupa Tax Allowance.
Fasilitas pajak ini bisa dinikmati oleh industri perakitan KBLI 29101.
5. Fasilitas Berupa Insentif Penanaman Modal.
Penanaman modal semakin kompetitif dengan pembebasan bea masuk impor. Berlaku juga untuk bahan baku produksi berdurasi 2-4 tahun menurut implementasi engine lokal 30%.
6. Fasilitas Insentif PPnBM.
Fasilitas PPnBM sebesar 0% akan diberikan jika unit elektrifikasi hibrida v listrik memiliki level TKDN lebih dari 40%.
7. Fasilitas Insentif Importir dan Bea Masuk.
Pemerintah akan memberikan insentif Bea Masuk 0% plus PPnBM 0% jika CBU memiliki bank garansi. Lalu, industri memiliki komitmen produksi 1:1 menurut TKDN.
8. Fasilitas PPN DTP KBLBB.
Fasilitas menempatkan DTP 10% jika mobil listrik yang diproduksi memiliki TKDN di atas 40%. Lalu, DTP 5% untuk bus listrik dengan kuota TKDN lebih dari 20%. Untuk TKDN-nya 40% maka DTP yang diberikan mencapai angka 10%.
9. Fasilitas BBN-KB dan PKB.
Pemerintah akan memberikan fasilitas BBN-KB dan PKB masing-masing sebesar 10%.
Selain fasilitas tersebut, insentif juga diberikan atas Pajak Pertambahan Nilai (PPN). PPN unit elektrifikasi hanya 1%. Angka normal 11% PPN adalah 11%. Artinya, pelanggan mobil elektrifikasi bisa menghemat pembiayaan untuk PPN hingga 10%. Di luar perbedaan mobil listrik dan hybrid tersebut, fasilitas ini sudah diperkuat dengan payung hukum Peraturan Menteri Keuangan Nomor 8 Tahun 2024. Adapun brand yang bisa menikmati fasilitas ini dengan aspek TKDN lebih dari 40% adalah:
- Hyundai Ioniq 5, Penurunan Label Harga Mobil Sekitar Rp60-70 Juta per Unit.
- Wuling Air ev, Penurunan Label Harga Mobil Sekitar Rp20 Juta per Unit.
- Wuling BinguoEV, Penurunan Label Harga Mobil Sekitar Rp31-36 Juta per Unit.
Emisi Unit Hibrida v Listrik
Secara teknis berkendara dan di luar perbedaan mobil listrik dan hybrid, BEV memiliki gas buang karbon 0%. Untuk HEV memiliki kuota gas buang karbon 2,2-2,5 kali dari BEV. Namun, petanya akan terlihat manakala menghitung Life Cycle Emission (LCE) atau daur hidup emisi karbon. Sebab, BEV tetap dihitung menghasilkan emisi karbon melalui industri manufakturnya. Proses pembuatan baterai BEV juga menggunakan bahan bakar fosil. Bahan bakar ini mengandung karbon dalam bentuk CO2, Solar, LPJ, Kayu, dan Lainnya.
Merujuk hasil kajian Polestar and Rivian Pathway Report (2023), BEV memiliki LCE terendah jika dikomparasikan dengan teknologi mesin mobil lainnya. Menegaskan status komparasi hibrida v listrik, BEV menghasilkan LCE sekitar 30 Ton Karbon Dioksida Setara (tCO2e). Pada HEV memiliki LCE 47 tCO2e, lalu 55 tCO2e dihasilkan oleh ekosistem mobil konvensional BBM atau berbasis ICE. Adapun gambaran target pengurangan LCE hingga 2030 adalah sebagai berikut:
- BEV memiliki pengurangan LCE 47%-54% (2023) menjadi 52%-65% (2030).
- HEV memiliki pengurangan LCE 27% (2023) menjadi 28% (2030).
- PHEV memiliki pengurangan LCE 8%-14% (2023) menjadi 13%-23% (2030).
Bagaimana Kinerja Mobil Hybrid atau Listrik
Unit elektrifikasi atau BEV memiliki komposisi mesin lebih sederhana. Terlepas opsi kepemilikan mobil hybrid atau listrik, mesin BEV hanya berupa baterai mobil listrik dengan motor listrik. Motor listrik sebagai penggerak roda akan mendapatkan aliran listrik dari baterai bertegangan tinggi. Untuk mengoperasikannya, pelanggan hanya perlu memastikan baterai dalam kondisi full. Jika kuota baterai berkurang, maka dilakukan pengisian ulang. Meski demikian, BEV bisa melakukan pengisian ulang daya listrik secara mandiri jika memakai sistem pengereman regeneratif.
Sedikit berbeda dari komparasi mobil hybrid vs listrik di Indonesia, HEV memiliki sistem suplai energi lebih rumit. Selain baterai listrik, mobil ini juga mengandalkan kinerja mesin konvensional BBM. Selain mesin konvensional dan baterai, komponen utamanya lainnya adalah motor listrik, generator listrik, Power Control Unit PCU), hingga Power Split Device (PSD). Komponen tersebut ada yang memiliki fungsi khusus membagi energi dari sumber blok mesin konvensional BBM, motor listrik, bahkan generatornya.
Performa Mobil Hibrida v Listrik
Terlepas dari statusnya sebagai mobil listrik dan hybrid, kelompok unit elektrifikasi secara umum memiliki performa lebih kompetitif. Daya yang dihasilkannya lebih besar, bahkan jika dikomparasi dengan unit konvensional BBM. Unit elektrifikasi memiliki daya sekitar 360 HP hingga 470 HP. Padahal, rata-rata mobil standar hanya memiliki daya kurang lebih 120 HP. Keunggulan lainnya adalah cepatnya akselerasi mencapai torsi maksimal hingga mencapai speed maksimal dari posisi statis.
Meski lebih impresif, unit elektrifikasi mobil hybrid vs listrik di Indonesia tetaplah efisien. Sebab, teknologi elektrifikasi selalu optimal mengalirkan energinya 85% hingga 90% untuk mendukung pergerakan kendaraan. Hal ini tidak lepas dari implementasi sistem kendali traksi canggih yang dimilikinya. Hasilnya tentu akan lebih maksimal jika unit elektrifikasi tersebut menggunakan ban dengan penampang lebih lebar. Lalu, memiliki aerodinamis bagus dengan pusat gravitasi rendah sehingga power unit semakin efektif.
Skema Pembiayaan: Down Payment dan Perawatannya
Unit elektrifikasi dengan kategori hibrida v listrik memiliki transaksi yang mulus, bahkan dengan anggaran terbatas sekalipun. Sebab, brand biasanya menawarkan skema transaksi secara kredit. Pelanggan hanya perlu menyiapkan down payment (DP) dengan besar beragam. Besar kecilnya DP bisa dimulai dari angka terendah 10% dari harga mobil. Meski demikian, besar kecilnya DP bersama suku bunga dan tenor berpengaruh terhadap besar angsurannya.
Efisiensi pembiayaan unit elektrifikasi mobil listrik dan hybrid dijamin semakin maksimal dengan pola perawatannya. Mobil jenis ini memiliki metode perawatan lebih sederhana sehingga pembiayaannya lebih murah. Sepanjang pemakaian, beberapa brand EV tersebut hanya membutuhkan skema pembiayaan Rp66,116 Juta untuk perawatannya. Pembiayaan murah tersebut digunakan untuk perawatan 3 komponen utama mobil yang terdiri dari Oli Gardan, Minyak Rem, dan Filter AC.
Lebih lanjut terkait status mobil hybrid atau listrik, pembiayaan unit elektrifikasi menjadi semakin efisien manakala potensi pembiayaan ekstra yang ditimbulkan risiko bisa dikendalikan. Opsi pengendali maksimal skema pembiayaan faktor risiko bisa memanfaatkan asuransi mobil. Rekomendasi produk perlindungannya adalah insureka!. Apalagi, produk insureka! disesuaikan dengan kebutuhan pelanggan. Jenis produknya berupa polis berikut:
1. Polis Comprehensive Premium.
Di luar perbedaan mobil listrik dan hybrid, Comprehensive Premium menjadi rekomendasi terbaik atas unit mobil dengan rata-rata beban penggunaan sangat tinggi setiap hari. Polis ini memiliki basic proteksi sempurna melalui 15 fitur included. Perluasan coverage perlindungannya bisa dilakukan melalui 5 fitur opsionalnya.
2. Polis Comprehensive Basic.
Comprehensive Basic memiliki karakter mirip Comprehensive Premium. Polis ini jadi rekomendasi atas mobil dengan rata-rata beban penggunaan ringan hingga sedang setiap harinya. Dasar perlindungannya lebih sederhana melalui 8 fitur included. Penguatan proteksi dijalankan melalui aktivasi 12 fitur opsional.
3. Polis Total Loss Only (TLO).
TLO menjadi solusi atas risiko hibrida v listrik yang memunculkan kerugian pembiayaan total. Menawarkan banyak value ekonomi, polis ini jadi rekomendasi terbaik mobil dengan usia produksi lebih dari 5 tahun. Proteksi dasarnya dijamin melalui 5 fitur included, lalu perluasan coverage dijalankan melalui aktivasi 9 fitur opsional.
4. Polis Perlindungan Hybrid.
Perlindungan Hybrid menjadi polis yang menyertakan manfaat dari TLO dan Comprehensive Premium/Comprehensive Basic sekaligus. Adapun dasar perlindungannya adalah TLO. Komposisi proteksinya ditopang 5 fitur included dengan perluasan coverage dari 9 fitur opsional. Polis ini sangat cocok sebagai pengendali risiko bisnis rental mobil.
5. Katastropik Polis.
Katastropik Polis merupakan bentuk mitigasi risiko berkendara atas mobil hybrid atau listrik dengan latar bencana banjir. Polis ini mampu memberikan perlindungan optimal atas potensi kerugian pembiayaan yang muncul dari bagian interior hingga blok mesinnya. Proteksinya mengandalkan masing-masing 4 fitur included juga opsional.
Lebih lanjut, insureka! menawarkan kemudahan sistem dalam proses registrasi (pembelian polis) hingga #KlaimnyaLancarBanget. Registrasi hingga klaim dijalankan pelanggan secara mandiri melalui online. Medianya melalui aplikasi atau website insureka!. Harga preminya juga sangat terjangkau dengan diskon 25%. Premi yang ditawarkan pun semakin murah dengan implementasi batas bawah Persentase Premi Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Gambaran detailnya adalah:
Masa Depan Indonesia : Mobil Hybrid atau Listrik?
Mobil hybrid vs listrik di Indonesia tetap berstatus konsep berkendara di masa depan. Sebab, teknologi yang ditawarkannya memiliki efisiensi signifikan. Unit BEV juga ramah terhadap faktor lingkungan. Emisi karbon yang dihasilkannya 0%. Konsep industrinya juga masih lebih ramah dengan daur hidup karbon tetap rendah. Adapun kategori unit HEV menjadi pengisi kuota fase transisi saat ini, sembari menunggu kesiapan infrastruktur BEV secara penuh.
Kesimpulan
Hibrida v listrik sebenarnya menjadi moda transportasi yang tidak perlu dipertentangkan. Sebab, keduanya masih sama-sama berada dalam 1 galur electric vehicle. Perbedaan mobil listrik dan hybrid hanya suplai energinya saja. HEV masih mengandalkan mesin konvensional BBM, meski sudah dilengkapi baterai listrik. HEV juga sebagai jembatan menuju implementasi BEV secara penuh. Adapun BEV sudah sepenuhnya mengandalkan suplai energi dari baterai listrik yang dialirkan pada motor listrik. Kedua brand mobil listrik dan hybrid tersebut akan semakin efisien jika risikonya dikendalikan melalui asuransi mobil produk insureka!. Pilihan produknya adalah:
1. Polis Comprehensive Premium.
2. Polis Comprehensive Basic.
3. Polis Total Loss Only (TLO).
4. Polis Perlindungan Hybrid.
5. Katastropik Polis.
FAQ
Mana yang lebih hemat biaya dalam jangka panjang antara mobil hybrid atau listrik?
Mobil BEV dinilai lebih efisien dengan perawatan yang lebih sederhana. Adapun HEV masih membutuhkan perawatan ekstra karena memiliki blok mesin konvensional BBM. Blok mesin tersebut memiliki banyak komponen yang harus diperbaiki bahkan diganti secara berkala.
Apakah infrastruktur pengisian daya mobil listrik (SPKLU) tersedia di seluruh Indonesia?
SPKLU sudah tersedia di berbagai wilayah di Indonesia, meski jumlahnya bisa dikatakan masih terbatas. Hingga Semester I/2024, jumlah SPKLU sudah mencapai angka 1.582 unit. Jumlahnya naik signifikan 157% dari periode sama tahun sebelumnya. SPKLU sudah tersebar pada 1.131 lokasi di berbagai wilayah, termasuk tersedia di ruas jalan tol.
Bagaimana gambaran perbedaan mobil listrik dan hybrid menurut jarak tempuhnya?
Mobil BEV memiliki jangkauan perjalanan yang terbatas karena terkait ketersediaan suplai energi listriknya. Jarak tempuhnya sangat tergantung pada kapasitas baterai. Ada beberapa varian yang memiliki jarak tempuh panjang lebih dari 600 Km untuk sekali pengisian ulang daya listrik. Adapun HEV memiliki jarak tempuh lebih panjang karena memiliki suplai energi ganda, dari mesin konvensional BBM dan baterai listrik.